5 Hal Keuangan yang Harus Berubah Saat Mulai Berkeluarga

Saat memasuki jenjang pernikahan dan memulai kehidupan berkeluarga, saya menyadari bahwa ini adalah momen yang menggembirakan sekaligus menantang. Salah satu aspek yang paling krusial adalah memperhatikan pengelolaan keuangan. Awalnya, saya kira pengelolaan keuangan setelah menikah tidak jauh berbeda dengan saat masih lajang, tapi ternyata saya salah besar. Dari urusan membayar listrik, cicilan, hingga menabung untuk masa depan, semuanya membutuhkan kerja sama dan perencanaan yang matang.

Setelah beberapa kali melakukan kesalahan kecil dalam mengatur keuangan, saya dan pasangan akhirnya belajar bersama. Kami mulai menggunakan aplikasi kredit seperti Kredivo yang membantu kami dalam berbagai situasi keuangan, terutama saat butuh barang mendesak tapi belum ada dana tunai. Saya ingin berbagi lima hal penting yang harus diperhatikan dalam mengelola keuangan saat mulai berkeluarga, yang semuanya saya alami sendiri.

1. Menetapkan Prioritas Pengeluaran

Saat baru menikah, saya dan pasangan sepakat untuk tidak membicarakan uang terlalu sering karena khawatir bisa menimbulkan stres. Tapi, setelah beberapa bulan, kami sadar itu bukan cara yang baik. Kami mulai merasa ada pengeluaran yang tidak terkontrol. Saya ingat momen ketika kami pertama kali duduk bersama dan membahas rencana keuangan jangka panjang, seperti kapan ingin punya rumah atau berapa banyak yang harus disimpan untuk dana darurat.

Sejak saat itu, perencanaan keuangan jadi prioritas kami. Kami belajar bahwa perencanaan keuangan bukan cuma soal mengatur pengeluaran sehari-hari, tapi juga merencanakan masa depan dengan matang. Dalam perencanaan ini, kami sering kali menggunakan Kredivo untuk cicilan barang-barang yang penting tapi tidak bisa langsung dibeli tunai, seperti mesin cuci atau kulkas.

2. Membuat Anggaran Bulanan yang Detail

Kami kemudian mulai menyusun anggaran keluarga. Awalnya, kami bingung harus mulai dari mana, tapi perlahan kami menemukan ritmenya. Setiap bulan, kami menghitung total penghasilan, kemudian membagi anggaran ke berbagai pos pengeluaran seperti tagihan, belanja bulanan, dan transportasi. Ada momen di mana kami harus membuat pilihan sulit, misalnya ketika harus mengurangi budget hiburan supaya bisa menambah dana darurat atau investasi.

Salah satu yang sangat membantu kami adalah membagi anggaran berdasarkan prioritas. Kami selalu menyisihkan 20% dari penghasilan untuk tabungan dan investasi. Di luar itu, kami juga memanfaatkan fitur cicilan 0% dari Kredivo untuk belanja kebutuhan rumah tangga tanpa perlu khawatir menambah beban utang. Pengalaman ini mengajarkan kami pentingnya disiplin dalam mengikuti anggaran yang sudah disusun bersama.

3. Menyiapkan Dana Darurat

Tidak ada yang tahu kita bisa mengalami hal yang tidak diharapkan seperti jatuh sakit, kecelakaan, atau kehilangan pekerjaan karena melambatnya pertumbuhan ekonomi. Saya sendiri merasakan betapa pentingnya dana darurat ketika ada keperluan mendadak untuk biaya kesehatan. Untungnya, meskipun baru berkeluarga, kami sudah mulai menabung dana darurat sejak awal.

Kami menetapkan target memiliki dana darurat sebesar 3-6 bulan pengeluaran. Meski belum mencapai target tersebut, kami berusaha konsisten menyisihkan sebagian penghasilan. Ada saat di mana kami tergoda menggunakan tabungan ini untuk keperluan lain, tetapi kami berusaha keras untuk disiplin. Salah satu trik yang membantu adalah menaruh dana darurat di rekening terpisah yang tidak kami gunakan untuk transaksi harian.

4. Menghindari Utang Konsumtif

Kami juga mulai terbuka untuk menyampaikan keinginan masing-masing. Tidak ada yang perlu ditutup-tutupi. Misalnya istri yang perlu skincare untuk merawat dirinya, atau kebutuhan hobi saya seperti koleksi mainan atau spare part untuk modifikasi sepeda motor. Keterbukaan ini menjadi kunci agar pengelolaan keuangan tidak digunakan untuk hal-hal yang sifatnya konsumtif seperti ganti hape baru setiap ada model baru keluar dan lain sebagainya.

Kami juga berusaha untuk transparan satu sama lain tentang penghasilan, utang dan kebutuhan bersama. Sehingga setiap keputusan keuangan melibatkan kedua pihak dan sama-sama berusaha untuk memenuhi bersama. Dengan kerja sama tersebut keduanya makin menyadari apa yang harus diprioritaskan untuk kepentingan bersama juga.

5. Berinvestasi untuk Masa Depan Anak

Setelah berkeluarga, saya mulai memikirkan tentang proteksi jangka panjang serta biaya pendidikan untuk anak-anak. Dulu, saya merasa asuransi tidak terlalu penting, tapi setelah menikah, saya dan pasangan sepakat bahwa asuransi jiwa dan kesehatan adalah investasi yang penting untuk melindungi keluarga kami dari risiko tak terduga. Utamanya bagi tulang punggung keluarga harus memiliki asuransi jiwa.

Kami juga mulai mencari instrumen yang tepat untuk investasi bagi pendidikan anak-anak di masa depan. Misalnya dengan menggunakan obligasi, reksadana atau saham. Dengan begitu kami akan lebih tenang jika pendidikan masa depan anak sudah ada solusinya.

Setelah berkeluarga, saya mulai memikirkan tentang proteksi jangka panjang. Dulu, saya merasa asuransi tidak terlalu penting, tapi setelah menikah, saya dan pasangan sepakat bahwa asuransi jiwa dan kesehatan adalah investasi yang penting untuk melindungi keluarga kami dari risiko tak terduga.